Kesenjangan Energi di Indonesia Masih Tinggi
Hingga kini, pemerataan infrastruktur energi di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Banyak wilayah perdesaan dan pelosok negeri yang belum terjangkau aliran listrik secara optimal. Kondisi ini memperbesar jurang ketimpangan antara daerah perkotaan dan pedesaan, sehingga memicu kebutuhan mendesak akan energi alternatif.
Salah satu solusi yang mulai banyak diterapkan adalah penggunaan energi surya. Namun, implementasinya di lapangan masih menemui berbagai kendala, seperti minimnya fasilitas, kurangnya pelatihan teknis, dan keterbatasan sumber daya untuk pemeliharaan sistem.
ITS Luncurkan Program Re-Spark untuk Sekolah di Daerah
Menjawab tantangan tersebut, ITS menginisiasi program Re-Spark sebagai bentuk kontribusi nyata dalam mendukung empat pilar Sustainable Development Goals (SDGs):
- Pendidikan Berkualitas
- Energi Bersih dan Terjangkau
- Kota dan Komunitas Berkelanjutan
- Penanganan Perubahan Iklim
Pelaksanaan program perdana dilakukan di SMPN 1 Atap Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, pada pekan lalu. Sekolah ini dipilih karena lokasinya yang terpencil dan terbatasnya infrastruktur pendukung pendidikan.
Pemasangan Panel Surya 500Wp sebagai Solusi Energi Mandiri
Dalam program ini, ITS memfasilitasi pemasangan panel surya berkapasitas 500 Watt peak (Wp) di atap sekolah. Teknologi ini diharapkan mampu menunjang kebutuhan listrik dasar sekolah, serta mengurangi ketergantungan terhadap listrik PLN.
Menurut Akbar Panji Nugraha, anggota tim SRE ITS dari Departemen Teknik Mesin Industri, program ini disambut hangat oleh pihak sekolah dan para siswa. Mereka merasa optimis bahwa penggunaan energi surya bisa menjadi solusi jangka panjang atas keterbatasan yang selama ini dihadapi.
“Meski sarana mereka minim, semangat belajar para siswa sangat tinggi. Ini yang memotivasi kami untuk menghadirkan teknologi yang bisa menunjang proses belajar mereka,” ujar Panji, dilansir dari laman resmi ITS (30/5).
Panel Surya On-Grid: Solusi Mudah dan Minim Perawatan
Tim ITS bekerja sama dengan PT Teknologila Ciptakan Masa Depan untuk penyediaan seluruh komponen sistem panel surya. Dalam pemasangannya, dipilih sistem On-Grid tanpa baterai penyimpanan, yang dinilai lebih praktis dalam hal perawatan dan efisiensi operasional.
Menurut I Ketut Rama Adi Widhiarta, Manajer Teknis Proyek dari SRE ITS, panel ini dapat dipantau secara jarak jauh melalui aplikasi berbasis gawai. Bahkan, perawatan rutin cukup dilakukan dengan memanfaatkan air hujan sebagai pembersih alami panel.
“Kami juga terus menjalin komunikasi dengan pihak sekolah untuk memastikan panel tetap berfungsi optimal,” ujarnya.
Dampak Langsung Bagi Dunia Pendidikan
Dengan adanya teknologi panel surya ini, diharapkan beban biaya listrik sekolah akan berkurang secara signifikan. Dana yang sebelumnya digunakan untuk membayar listrik kini bisa dialihkan untuk kebutuhan yang lebih mendesak, seperti pengadaan papan tulis, proyektor, bangku, hingga akses internet.
Lebih dari sekadar teknologi, Re-Spark adalah langkah nyata ITS dalam memberdayakan masyarakat dan pelajar di daerah terpencil, sekaligus membangun kesadaran akan pentingnya transisi menuju energi ramah lingkungan.
Re-Spark Akan Menyasar Daerah Pelosok Lainnya
Setelah sukses dengan proyek di SMPN 1 Atap Buduran, tim ITS berencana untuk memperluas jangkauan program Re-Spark ke sekolah-sekolah lain di pelosok Indonesia. Fokus utama tetap pada wilayah-wilayah yang paling membutuhkan akses terhadap energi bersih dan berkelanjutan.
“Semoga program ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menggugah pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan fasilitas pendidikan dan energi di pelosok,” tutup Rama.
Kesimpulan: Energi Terbarukan sebagai Jalan Kemandirian Daerah
Program Re-Spark dari ITS menjadi bukti bahwa teknologi energi terbarukan bisa diimplementasikan secara konkret di daerah terpencil. Melalui kolaborasi antara kampus, perusahaan, dan masyarakat lokal, transisi menuju energi bersih dan terjangkau bukan lagi angan-angan, tapi kenyataan yang bisa dirasakan langsung manfaatnya.